Mencintai Che
Kita mungkin mengenal nama-nama Gubernur Bank Sentral semacam Alan Greenspan, Paul Volcker, Eddy George, Mervyn King, ataupun Jean Claude Trichet. Tapi mungkin tak banyak yang tahu bahwa Che Guevara adalah juga seorang Gubernur Bank Sentral. Ya, ia adalah Gubernur pertama Bank Sentral Kuba (Banco Nacional De Cuba) sejak Fidel Castro berkuasa di tahun 1959. Uang kertas pertama yang dikeluarkan Bank Sentral Kuba, ia yang menandatanganinya, “Che”, begitu tertulis di sana.
Ernesto Che Guavara, yang juga biasa disebut El Comandante Guevara, adalah sosok yang penuh kisah. Pemberontakan, perang, darah, kematian, penyakit, pengkhianatan, kelaparan (ia bahkan pernah makan kucing panggang), adalah perjalanan hidupnya. Termasuk pula di dalamnya, kisah romantismenya. Ana Menendez, penulis kelahiran Kuba, menuliskan penggalan kisah romantis Che dalam novelnya yang pertama, Loving Che. Menendez mencoba membawakan kembali spirit Guevara dan jiwa revolusi ke dalam sebuah novel yang diwarnai oleh kerinduan, kehilangan, dan cinta yang digerakkan oleh nafsu membara.
Kisah buku ini bercerita tentang seorang anak yang mencari identitas sejarahnya. Ditinggalkan oleh ibunya, ia dibesarkan oleh sang kakek di Amerika. Ketika ia berangkat dewasa, ia berjuang untuk mencari tahu siapa orang tuanya dan darimana ia berasal. Pencariannya membawa ia pada masa-masa awal Revolusi Kuba. Menendez, menggambarkan secara baik keadaan di Kuba saat-saat revolusi. Ia mengajak kita menjelajahi lanskap kota Havana yang lengkap dengan arsitektur dan udaranya yang berhembus panas ataupun udara hujan yang menggigil. Pembaca seolah diajak merasakan lika-liku kota Havana dengan mata kepala sendiri.
Pada ujungnya, pencarian sampai pada sebuah kisah bahwa sang ibu adalah kekasih gelap Che Guavara. Mereka berdua menjalin cinta terlarang. Che telah beristri dan Teresa, sang ibu, telah bersuami. Hubungan mereka berbuah pada kehamilan sang ibu. Detil romantisme percintaan mereka digambarkan dengan sangat menarik oleh Ana Menendez. Metafora ungkapan sebuah ciuman dan hubungan persetubuhan dialirkan secara puitis.
"A kiss. The first parting of flesh. Everything that comes later is sweet elaboration. The first kiss is more intimate than the naked bed; its small perimeter already contains the first submission and the final betrayal." atau hubungan yang hangat di suatu malam “…..His body before me, freckled and soft, his skin tacky to the touch with dried sweat. Slowly, I follow his movement. We watch one another. His breathing changes. He closes his eyes. When he speaks again, it is with a voice that comes from worlds away…”
Sayangnya, buku ini hanya menceritakan figur Che Guavara secara potongan yang tidak lengkap. Bagi para penggemar Che, buku ini bisa mengecewakan. Tapi bagi penggemar aliran romantisme, buku ini termasuk buku yang ringan dan enak dibaca di waktu luang. Setidaknya buku ini memberikan kita pelajaran bahwa Che adalah orang yang yakin bahwa pengalaman kerasnya, dalam rimba dan perjuangan, merupakan proses untuk ”lulus sebagai manusia”.
Ernesto Che Guavara, yang juga biasa disebut El Comandante Guevara, adalah sosok yang penuh kisah. Pemberontakan, perang, darah, kematian, penyakit, pengkhianatan, kelaparan (ia bahkan pernah makan kucing panggang), adalah perjalanan hidupnya. Termasuk pula di dalamnya, kisah romantismenya. Ana Menendez, penulis kelahiran Kuba, menuliskan penggalan kisah romantis Che dalam novelnya yang pertama, Loving Che. Menendez mencoba membawakan kembali spirit Guevara dan jiwa revolusi ke dalam sebuah novel yang diwarnai oleh kerinduan, kehilangan, dan cinta yang digerakkan oleh nafsu membara.
Kisah buku ini bercerita tentang seorang anak yang mencari identitas sejarahnya. Ditinggalkan oleh ibunya, ia dibesarkan oleh sang kakek di Amerika. Ketika ia berangkat dewasa, ia berjuang untuk mencari tahu siapa orang tuanya dan darimana ia berasal. Pencariannya membawa ia pada masa-masa awal Revolusi Kuba. Menendez, menggambarkan secara baik keadaan di Kuba saat-saat revolusi. Ia mengajak kita menjelajahi lanskap kota Havana yang lengkap dengan arsitektur dan udaranya yang berhembus panas ataupun udara hujan yang menggigil. Pembaca seolah diajak merasakan lika-liku kota Havana dengan mata kepala sendiri.
Pada ujungnya, pencarian sampai pada sebuah kisah bahwa sang ibu adalah kekasih gelap Che Guavara. Mereka berdua menjalin cinta terlarang. Che telah beristri dan Teresa, sang ibu, telah bersuami. Hubungan mereka berbuah pada kehamilan sang ibu. Detil romantisme percintaan mereka digambarkan dengan sangat menarik oleh Ana Menendez. Metafora ungkapan sebuah ciuman dan hubungan persetubuhan dialirkan secara puitis.
"A kiss. The first parting of flesh. Everything that comes later is sweet elaboration. The first kiss is more intimate than the naked bed; its small perimeter already contains the first submission and the final betrayal." atau hubungan yang hangat di suatu malam “…..His body before me, freckled and soft, his skin tacky to the touch with dried sweat. Slowly, I follow his movement. We watch one another. His breathing changes. He closes his eyes. When he speaks again, it is with a voice that comes from worlds away…”
Sayangnya, buku ini hanya menceritakan figur Che Guavara secara potongan yang tidak lengkap. Bagi para penggemar Che, buku ini bisa mengecewakan. Tapi bagi penggemar aliran romantisme, buku ini termasuk buku yang ringan dan enak dibaca di waktu luang. Setidaknya buku ini memberikan kita pelajaran bahwa Che adalah orang yang yakin bahwa pengalaman kerasnya, dalam rimba dan perjuangan, merupakan proses untuk ”lulus sebagai manusia”.