Makna Sebuah Keberanian
Apakah arti sebuah keberanian? keberanian bukan ketiadaan akan rasa takut. Keberanian adalah kemampuan untuk merasakan bahwa ada hal yang lebih penting dari rasa takut itu sendiri. Itulah makna yang disampaikan John F. Kennedy dalam bukunya Profiles in Courage. Memang buku ini termasuk buku klasik. Saya mendapatkannya saat closing down QB book store beberapa waktu lalu (satu hal yang menyedihkan bagi kehidupan saya). Membaca kembali buku ini di tengah suasana kebangsaan seperti saat ini, sungguh tepat dan mengena.
Buku, yang memenangkan hadiah Pulitzer pada tahun 1957 ini, penting dibaca bagi kita yang peduli akan nilai-nilai moral. Buku ini bercerita tentang delapan senator yang secara berani mengambil keputusan yang dianggapnya benar secara moral. John Quincy Adams, Daniel Webster, Thomas Hart Benton, Sam Houston, Edmind G. Ross, Lucius Lamar, George Norris, dan Robert Taft, adalah mereka yang dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam kehidupan mereka sebagai senator. Keputusan yang "benar" menurut nurani mereka itu sangat tidak populer di mata para konstituennya dan dapat berdampak pada karir mereka sebagai politisi. Di sinilah terjadi pergumulan batin yang menarik. Haruskah aku mengikuti kata hati yang cenderung pada kebenaran, atau sebaliknya mengikuti apa yang diinginkan mereka, asal karirku tetap aman dan kehidupanku tak terganggu. Tokoh-tokoh dalam buku ini menunjukkan bahwa menuruti kata hati adalah pilihan yang berat. Kennedy secara nyata menunjukkan kekagumannya dengan para senator tersebut, bukan karena kesuksesannya, tetapi pada harga yang mereka bayar karena memilih untuk mengikuti kata hati. Ia menunjukkan bahwa manusia, meski tak sepenuhnya sempurna, sisi-sisinya masih memiliki kekuatan moral. Kekuatan moral dari orang-orang inilah yang telah membentuk sejarah Amerika. Keteguhan moral di atas kenikmatan pribadi, telah membentuk Amerika menjadi bangsa yang besar. Bagian yang paling menarik dari buku ini adalah kisah-kisahnya yang ditulis seperti novel thriller. Penuh kejutan dan menegangkan.
Buku ini layak dibaca oleh para politisi di negeri ini. Bahwa memperjuangkan kebenaran kadang memerlukan pengorbanan dan langkah yang tidak populer. Siapkah kita untuk itu? nampaknya masih berat untuk mengatakannya. Karena kita selalu mampu menjustifikasi perilaku kita dengan kebenaran yang kita yakini sendiri. Benar diri sendiri, benar menurut orang banyak. Kita pun terjauh dan semakin jauh dari kebenaran sejati... apabila memang itu ada.
Buku, yang memenangkan hadiah Pulitzer pada tahun 1957 ini, penting dibaca bagi kita yang peduli akan nilai-nilai moral. Buku ini bercerita tentang delapan senator yang secara berani mengambil keputusan yang dianggapnya benar secara moral. John Quincy Adams, Daniel Webster, Thomas Hart Benton, Sam Houston, Edmind G. Ross, Lucius Lamar, George Norris, dan Robert Taft, adalah mereka yang dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit dalam kehidupan mereka sebagai senator. Keputusan yang "benar" menurut nurani mereka itu sangat tidak populer di mata para konstituennya dan dapat berdampak pada karir mereka sebagai politisi. Di sinilah terjadi pergumulan batin yang menarik. Haruskah aku mengikuti kata hati yang cenderung pada kebenaran, atau sebaliknya mengikuti apa yang diinginkan mereka, asal karirku tetap aman dan kehidupanku tak terganggu. Tokoh-tokoh dalam buku ini menunjukkan bahwa menuruti kata hati adalah pilihan yang berat. Kennedy secara nyata menunjukkan kekagumannya dengan para senator tersebut, bukan karena kesuksesannya, tetapi pada harga yang mereka bayar karena memilih untuk mengikuti kata hati. Ia menunjukkan bahwa manusia, meski tak sepenuhnya sempurna, sisi-sisinya masih memiliki kekuatan moral. Kekuatan moral dari orang-orang inilah yang telah membentuk sejarah Amerika. Keteguhan moral di atas kenikmatan pribadi, telah membentuk Amerika menjadi bangsa yang besar. Bagian yang paling menarik dari buku ini adalah kisah-kisahnya yang ditulis seperti novel thriller. Penuh kejutan dan menegangkan.
Buku ini layak dibaca oleh para politisi di negeri ini. Bahwa memperjuangkan kebenaran kadang memerlukan pengorbanan dan langkah yang tidak populer. Siapkah kita untuk itu? nampaknya masih berat untuk mengatakannya. Karena kita selalu mampu menjustifikasi perilaku kita dengan kebenaran yang kita yakini sendiri. Benar diri sendiri, benar menurut orang banyak. Kita pun terjauh dan semakin jauh dari kebenaran sejati... apabila memang itu ada.